Sabtu, 10 Maret 2012

PETUALANGANKU -seri ngebolang ke jakarta-

16 January 2012, start at 08.30 until 23.45 WIB

Pada petualanganku kali ini, saya ditemani oleh Endita Dwi Priyasti (Temen satu departemen dan satu kamar pula...). Berawal dari kewajiban memesan tiket untuk agenda pulkam(Pulang kampung.red) kami ke Surabaya, berangkatlah kami menuju stasiun Jakarta Kota. Kami berangkat dari kontrakan RINTIK tercinta pukul 08.30 WIB dengan mengendarai sepeda motor berplat nomor P asal Bondowoso(punya Dita.red) menuju stasiun bogor.
Sesampainya di stasiun Bogor, ternyata tiket CommuterLine baru berangkat pukul 11.30 WIB, langsung kami memutuskan untuk menggunakan KRL Ekonomi dengan tujuan akhir Stasiun Jakarta Kota. Dengan berbekal tiket seharga Rp2.000,00 kami pun melaju ke Jakarta. Rute KRL yang kami lewati berturut-turut Bogor-Cilebut-BojongGede-Citayam-Depok-DepokBaru-PondikCina-UniversitasIndonesia-UniversitasPancasila-LentengAgung-TanjungBarat-PasarMinggu-PasarMingguBaru-DurenKalibata-Cawang-Tebet-Manggarai-Cikini-GondangLia-Gambir-Juanda-SawahBesar-ManggaBesar-Jayakarta-JakartaKota. Di dalam KRL, aktivitasku ya duduk-bercandaan sama adik bayi-tidur. Kalau Dita, duduk-berdiri-liatin rute-tidur-beli note kecil hijau seribuan. Nah, akhirnya sampailah kami di stasiun jakarta kota.

 
Turun dari KRL, keluar st.jakkot(Stasiun Jakarta Kota.red) melalui pintu sebelah kanan, lalu masuk lagi untuk pesan tikat KA Ekonomi GBM_Selatan yang akan kami naiki tanggal 20 Januari 2012 dengan tujuan akhir stasiun Gubeng Surabaya. Sebelum ke loket, kami ke bagian pemesanan terlebih dahulu untuk mengisi form pemesanan. Selesai pengisian, kami pun mulai mengantri di loket yang menjual tiket tersebut. Tahukan kalian apa yang terjadi disana? Ini dia beberapa kejadian yang cukup menyita perhatianku, check it out:
1.     Kami menyadari bahwa seharusnya bagi tugas antara ambil form dan yang antri, karena pas kami mulai antri, antrian sudah lumayan panjang
2. Ternyata form pemesanan ada setumpuk di deket loket, dan saya yang berkali-kali diminta tolong sama bapak-bapak yang lagi ngantri buat mengambilkan form itu... oooh,, kenapa kami tidak melihat form itu, kan seharusnya tidak perlu ke bagian pemesanan dulu. Yaaa tapi setidaknya kami melalui prosedur yang tepat.
3.    Bapak-bapak di belakang Dita cukup serem, maaf ya, muka mesum kalau kata aku. Habisnya dempet-dempet terus sampai tidak ada celah diantaranya. Pengen tak jitak bapak-bapak itu... huft...
4.    Masih dengan bapak yang nyebelin itu, sok tahu (kata Dita.red) ngajakin ngobrol tapi sebenernya yang diobrolin itu no meaning.
5.    Dita jadi nulisin form pemesanan buat dua orang bapak-bapak
6.    Sampailah Dita di loket untuk memesan. Tahukah yang terjadi?? Ternyata tiket untuk tanggal 20 Januari 2012 sudah ludes terjual... huhuhu.... adanya tiket tanggal 23 Januari 2012... awalnya ragu untuk pesen tiga tiket (untuk apin yang satunya.red) tapi akhirnya beli tiga juga, tapi setelah dicek, tempat duduknya beda jauh banget, gerbong 7 dan gerbong 4. Weew, apin gimana yaa??
7. Tapi anehnya tiket untuk hari ini juga malah belum pada habis.. hmmm... mencurigakan...
Yah, itulah cerita perburuan tiket. Perjalanan dilanjutkan untuk ke kota tua. Waktu saat itu menunjukkan pukul 11.45 WIB. Kata neng, “Kota tua itu bagus, ada museumnya macem-macem, bangunannya juga unik, ada sepeda-sepeda, ada rumah akar, pokoknya bagus deh...” tapi apa yang aku lihat tidak seperti yang diceritakan itu. Mungkin salah waktu, karena lagi panas terik matahari. Museum tutup semuanya, bangunan tidak ada menarik-menariknya, tidak berhasil menemukan rumah akar, capek, lapar, panas. Akhirnya pergilah kami mencari makanan di sekitar kota tua ini. Aku makan Ketoprak dan Dita makan Gado-gado. Selesai makan, niat untuk melanjutkan jalan-jalan di kota tua lenyaplah sudah... Sungguh pengalaman pertama ke kota tua yang cukup buruk menurutku. Setelah mempertimbangkan satu dan lain hal, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke st Jakkot. Dalam perjalanan kembali ke st Jakkot, kami menemui pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor. Mereka menggunakan trotoar untuk menghindari kemacetan Jakarta. Hemm, sungguh sangat mengganggu pedestrian yang ingin berjalan dengan santai. Kepadatan arus kendaraan (macet.red) lebih memudahkan kami dalam menyeberang, walaupun sebenarnya kami nebeng nyebrang sama bapak-bapak,hehe.
Kami penasaran dengan sky ring yang ada di Mall Taman Anggrek(selanjutnya disingkat MTA.red), namun masalahnya, diantara kami berdua belum ada yang pernah ke mall tersebut. Hasil searching di internet menunjukkan bahwa MTA berada di kawasan Slipi,Grogol,Jakarta Barat. Masih terlalu buta arah dengan alamat tersebut, karena memang kami bukan orang Jakarta,hehe. Dita pun mulai menanyakan ke teman-temannya yang ada di Jakarta perihal letak MTA tersebut. Dapatlah rute dari siX, st gambir-naik busway ke shelter harmoni-nah habis itu tanya deh ke petugasnya arah ke MTA naik bus apa? Hemmm, masih ngambang juga. Akhirnya, bermodal nekat dan bertanya, kami mulai melangkah keluar st Jakkot.
Perjalanan untuk mencari busway terdekat harus melewati jalan bawah tanah untuk menyeberang. Saat itu waktu telah menunjukkan pukul 12.15 WIB, kami pun sholat Dhuhur terlebih dahulu di bundaran bawah tanah di persimpangan jalan menuju busway dan asemka. Selesai sholat, pikiranku mulai teralihkan ketika teringat obrolan Icha tentang ASEMKA. ‘Asemka itu tempat grosiran pernak-pernik, macem-macem jenisnya, dan yang pasti murah. Rugi deh kalau sudah sampai Jakarta tapi tidak hunting pernak-pernik di Asemka’, kata Icha waktu itu. Di persimpangan jalan tersebut ada penunjuk arah yang menunjukkan asemka lurus 200m. Kami pun berniat melihat lokasi pertokoan tersebut. Sesampainya di dunia atas tanah, kami cukup bingung karena tidak ada lagi papan informasi arah, bertanya pun menjadi andalan.
Setelah mengetahui lokasi asemka, banyak fakta yang aku temui di Asemka. Berikut liputannya:
1.     Asemka itu ternyata nama salah satu jalan yang ada di Jakarta.
2. Sepanjang jalan Asemka(mulai dari kolong jalan raya dan tepian jalan) isinya penjual pernak-pernik seperti kalung, gelang, cincin, souvenir pernikahan, dompet, pita, aksesoris kerudung, dan masih banyak lagi.
3.  Saat perjalanan menuju pertokoannya, ada ibu-ibu yang ingin dianterin juga ke Asemka. Lah, kami saja juga baru mau kesana. Ya akhirnya kami bertiga bersama jalan menuju Asemka
4. Lagi-lagi kata Icha,’Kalung disana itu murah-murah lho, penjualnya nawarin Rp10.000,00-Rp15.000,00 tapi kalau bisa ditawar bisa sampai harga Rp5.000,00.’ Hah, masa? Kami pun mulai bertanya sana-sini mengenai harga kalung. Titipan mbaknya Dita, jadi harus dicariin. Hampir semua kios menawarkan harga kalung dengan kisaran Rp20.000,00-Rp30.000,00. Kok mahal ya? Tapi sejujurnya aku kurang tahu harga eceran yang ada di toko-toko. Karena sudah lelah, ya akhirnya Dita pun membeli tiga jenis kalung seharga Rp50.000,00.
5.  Asemka itu rata-rata berbentuk pertokoan yang bertingkat. Ada yang versi bangunan yang rapih dan bersih, ada juga yang mirip pasar. Jalan antar kios hanya berkisar 50cm saja. Padat,pengap, dan kotor, ciri khas pasar-pasar grosiran.
Kami berkeliling Asemka sampai pukul 14.15 WIB. Setelah menemukan kalung yang dicari, kami pun melanjutkan perjalanan ke tujuan semula, yaitu MTA. Kami mulai menyeberang kembali melewati jalan bawah tanah, menuju shelter busway Kota.
Kami masih buta arah karena tidak mengetahui rute ke MTA dari st. Jakkot. Benar-benar kami memegang teguh peribahasa ‘Malu bertanya sesat di jalan’. Dari pada kami nyasar dan tidak bisa pulang kembali ke Bogor, akhirnya kami bertanya ke mbak-mbak petugas loket busway. Kata mbaknya, kalau mau ke MTA, ntar transit dulu di ......... baru dari sana ke arah slipi. Ok, kami pun beli tiket dan mulai antri. Di dalam antrian, kami masih mendiskusikan rute menuju MTA, dan ada Bapak-bapak yang mendengar percakapan kami. Kata Bapaknya,”Kalau mau ke slipi, mendingan transitnya di Harmoni. Seingat Bapak ada busway yang langsung ke slipi”. Waah terima kasih bapak, kami pun memutuskan untuk menuju shelter Harmoni dengan pertimbangan rute dari teman Dita yang menyebutkan shelter harmoni juga.
Perjalanan pun dimulai, berturut-turut kami melewati shelter -Mangga Besar- dan kemudian sebuah tragedi pun terjadi, di pertengahan perjalanan antara Mangga Besar dan Sawah Besar, busway yang kami tumpangi mengalami kecelakaan. Bermula dari kepadatan arus di jalan sebelah kiri busway, ada seorang bapak-bapak yang hendak menyeberangi jalan khusus busway ini. Namun beliau kurang berhati-hati dan tidak melihat ke arah datangnya busway yang kami tumpangi. Sopir busway sudah membunyikan klakson bus berkali-kali dan mengerem dengan cepat, namun terlambat, Bapak-bapak tersebut tertabrak dan masuk ke kolong bus. Aku melihat langsung kejadian tersebut, untuk menghindari kecelakaan yang lebih parah, sopir bus banting stir ke arah kanan yang menyebabkan kerusakan muka bus dan pecahnya kaca bus bagian depan. Posisi roda depan naik ke trotoar yang memberikan efek miring pada bus. Angan-anganku sangat takut kalau bapak-bapak yang tertabrak tersebut sampai terlindas dan berada di bawa roda pas. Kondisi penumpang di dalam bus sangat kacau, rata-rata terjatuh ke depan karena tidak sanggup menopang diri saat sopir mencoba menghentikan bus. Dengan perlahan kami turun dari bus yang kami tumpangi dengan melompat karena jarak antara tinggi pintu bus dengan muka tanah cukup tinggi. Setelah seluruh penumpang turun, aku mulai menenangkan diri, dan melihat kondisi bapak-bapak yang tertabrak tadi. Alhamdulillah, Bapaknya masih sadar, namun darah segar mengalir dari kepalanya. Astaghfirullah, benar-benar rencana dan kehendak-Mu tidak ada yang tahu. Warga Jakarta yang melihat kecelakaan tersebut langsung berbondong-bondong untuk menolong, memanggil polisi, dan berusaha membawa bapak itu ke rumah sakit terdekat. Kondisi penumpang di dalam bus selamat, namun ada penumpang laki-laki yang sudah agak tua mengalami syok berat sampai badannya gemetaran hebat. Setelah cukup tenang, kami berdua memutuskan untuk berjalan kaki menuju shelter berikutnya yaitu shelter Sawah Besar.
Selama berjalan kaki aku mengamati kondisi sekitar jalan yang kami lewati. Sungguh disayangkan, bangunan-bangunan yang terlihat kokoh dan menjulang tinggi, tepian sungai yang rindang, dan jalanan padat menjadi kurang enak dipandang karena kondisi air sungai yang mengalir sepanjang jalan tersebut sangatlah kotor dan berbau busuk. Sungguh berbeda jika dibandingkan dengan kondisi ibukota di negara-negara tetangga kita. Sesampainya di shelter sawah besar, kami pun melanjutkan perjalanan satu shelter lagi untuk transit di shelter harmoni.
Dari Shelter harmoni, kami transit menggunakan busway dengan tujuan Grogol-1. Barulah dari grogol-1 kami berjalan melewati koridor layang yang menyerupai labirin karena jalannya yang berliku-liku menuju ke shelter grogol-2. Dari shelter grogol-2 busway berangkat menuju shelter slipi dimana MTA itu berada. Dan akhirnya, kami pun sampai juga di Mall Taman Anggrek, Jakarta Barat. Sungguh sangat lega rasanya, kami dapat mencapai tujuan dengan selamat.
Petualangan kami di MTA pun dimulai, mulai dari naik turun nyari mushola, nyari lokasi sky ring, eh giliran sudah ketemu (in 3rd floor of MTA) ternyata lagi ada gangguan, terpaksa harus menunggu, untuk memanfaatkan waktu, kami mengunjungi gramedia yang ada di baseline. Perburuan buku pun dimulai, aku mendapatkan buku desain interior untuk ruang tamu dengan harga Rp25.000,00 saja, waw, padahal harga asli buku tersebut berkisar Rp95.000,00-Rp100.000,00. Lepas perburuan buku, kami mulai merasa lapar. Hoka-hoka bento menjadi lokasi mengobati rasa lapar ini. Selesai makan, kami bergegas sholat, lalu bersiap menuju sky ring, arena tujuan kami untuk bermain ice skatting.
Berikut adalah beberapa dokumentasi selama di MTA, silakan dilihat...^^

1. Foto diantara ornamen penyambutan tahun baru cina, di baseline MTA
 2. Shioku, shio kambing... 

 3. Ruang tunggu sky ring MTA, lagi nungguin pelapisan es di area sky ring

 4. My first experience meluncur di atas es.... mulai merasakan feelnya... maklum baru pertama kali ice skatting, jatuh bangun dulu lah... ^^

 
5. KRL Commuter Line di Women area yang seeepi... sudah malam, 21.30 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar